BERINTERAKSI DENGAN AL QUR’AN

14 Jun

Al Qur’an diturunkan ke dunia ini agar manusia berilmu dan terbimbing, kuat dan unggul, bersih dan menebar rahmat, visioner dan berkeadilan, pemakmur dunia dan berorientasi akhirat. Tak ada jalan hidup yang sedemikian jelas dan tegas kecuali manusia bersedia berinteraksi dengan Al Qur’an, karena hanya dengan itu rahmat Allah datang.

“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Al Isra’: 82)

Adapun berinteraksi atau atau bergaul dengan Al Qur’an banyak bentuknya, yaitu:

TILAWAH (membaca)

Al Qur’an di hari kiamat kelak akan menjadi syafa’at bagi pembacanya waktu di dunia. Adapun keutamaan di dunia jika membaca Al Qur’an dengan tartil (perlahan-lahan), yaitu dengan memperhatikan hak masing-masing huruf untuk diucapkan dengan benar, akan menghaluskan jiwa, menerangi dan membersihkannya dari noda pengganggu, sehingga menjadi ringan beribadah dan beramal shalih. Dengan komitmen tilawah akan menyempurnakan ibadah dan amal shalih tersebut.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitabullah dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tiada merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya”. (Faathir: 29-30)

TADABBUR (merenungi, memperhatikan)

Langkah awal tadabbur ayat Al Qur’an adalah dengan membacanya terlebih dahulu kemudian memahami arti dan makna ayat, setelah itu merenungi berulang-ulang sampai menemukan hikmah dan pelajaran yang bisa diambil. Membaca Al Qur’an untuk tadabbur tidak dilakukan dengan tergesa-gesa. Ibnu Abbas ra berkata, “Aku lebih suka membaca surat Al Zalzalah dan Al Qari’ah dan mentadabburinya daripada membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran dengan tergesa-gesa”.

“Maka apakah mereka tidak mentadabburi al qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 24)

TAHFIDZ (menghafal)

Ayat Al Qur’an mengandung keindahan dan kemudahan untuk dihafal bagi siapa saja yang ingin menyimpannya di dalam hati. Sekalipun dihafal oleh orang non Arab, namun huruf, kata dan susunan kalimatnya selaras dengan fitrah manusia. Hafalan Al Qur’an yang dimiliki seorang muslim akan mempengaruhi jiwa dan perilakunya, dan juga akan mengembangkan saraf otaknya serta tak akan membuatnya pikun. Menghafal Al Qur’an memiliki banyak keutamaan, dan bagi mereka yang enggan memiliki hafalan Al Qur’an akan mendapati kejelekan.

“Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang akan runtuh”. (HR Tirmidzi dari Ibnu Abbas, hadits hasan shahih)

TASMI’ (mendengarkan)

Pendengaran adalah salah satu media masuknya hidayah. Mendengarkan Al Qur’an menjadi sarana masuknya rahmat Allah swt ke dalam jiwa sehingga hati menjadi tenang, menghilangkan gangguan setan, menguatkan jiwa serta meneguhkan langkah kehidupan.

“Dan apabila dibacakan Al Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah (perhatikan baik-baik) agar kamu mendapat rahmat”. (Al A’raf: 204)

TA’LIM (mengajarkan)

Al Qur’an berisi petunjuk bagi manusia dan menjadi jalan kebahagiaan serta keselamatan. Maka mengajarkannya merupakan tugas mulia dan penting karena meniti jalan kenabian sebagaimana ditempuh oleh generasi terbaik terdahulu.

“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain)”. (HR Bukhari 4739)

TALAQQI (menerima)

Talaqqi Al Qur’an adalah bentuk interaksi dengan Al Qur’an dengan menerima ayat-ayat Al Qur’an untuk kemudian mengamalkannya. Al Qur’an diturunkan untuk diamalkan agar menjadi rahmat bagi semesta alam. Para sahabat Nabi saw adalah generasi pertama yang menerima Al Qur’an dari Nabi saw. Mereka yang paling awal mendengarkan dan mengamalkannya lalu mengajarkannya ke seluruh tempat yang dijangkaunya dan terus bergulir dari waktu ke waktu di seluruh penjuru hingga masa kita hidayah Al Qur’an begitu terasa.

TAHKIM (berhukum)

Berhukum dengan Al Qur’an itu suatu kemestian agar manusia tidak kehilangan referensi terhadap segala perkara. Dengan demikian umat manusia memiliki pedoman yang sangat kokoh untuk menjadi pengayoman dan kepemimpinan. Selama Al Qur’an menjadi rujukan maka nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin tidak akan hilang.

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Al-Maidah : 44)

TAFSIR (menjelaskan, menerangkan)

Tafsir dimaksud adalah ilmu memahami ayat-ayat Al Qur’an dan penjelasan makna-makna ayatnya serta kesimpulan hikmah juga hukum-hukum. Dalam tafsir terdapat bahasan tentang redaksi Al Qur’an dengan memperhatikan makna dan pengertiannya untuk mengetahui apa yang dikehendaki Allah swt sesuai kadar kemampuan manusia. Berinteraksi dengan Al Qur’an melalui tafsir diperlukan lantaran pemahaman seseorang terhadap sumber syari’at ini tidaklah sama. Sekalipun seseorang mengetahui makna ayat-ayat Al Qur’an namun pengetahuan rahasia-rahasianya serta pengamalan yang terkandung di dalamnya pada ayat-ayat tertentu masih membutuhkan penjelasan. Mungkin tidak mengerti pada lafadz dan ungkapannya atau daya nalar seseorang tidak menjangkau. Kalangan awam hanya dapat memahami makna dhahir dan pengertian global, sedangkan kalangan cerdik pandai mampu memahami dan menyimpulkannya. Maka berinteraksi dengan Al Qur’an melalui tafsir hanya diperuntukkan bagi kalangan cerdik pandai (ulama) yang memiliki kompetensi serta memenuhi syarat dan adabnya.

“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”. (Al Furqan: 33)

Tinggalkan komentar